Monday, 23 November 2015

Dari Office Boy Menjadi Vice President Bank

Houtman Zainal Arifin dilahirkan pada tanggal 27 juli 1950 di Kota Kediri Jawa Timur.
Pengalaman hidupnya yang amat inspiratif patut untuk disimak, yang awalnya ia hanya seorang office boy hingga bisa menduduki jabatan nomor satu sebagai seorang Vice President Citibank.
Beliau juga pernah menjabat sebagai direksi di perusahaan swasta, komite audit BUMN, Konsultan, penulis serta dosen pasca sarjana di sebuah Universitas.

Houtman dilahirkan dari kelurga pas-pasan. Kisah hidupnya dimulai ketika lulus dari SMA, Houtman merantau ke Jakarta dan tinggal di daerah Kampung bali dari tahun 1951-1974, Houtman membawa mimpi di Jakarta untuk hidup berkecukupan dan menjadi orang sukses di Ibukota, namun apa daya di Jakarta ternyata Houtman harus menerima kenyataan bahwa kehidupan Ibukota ternyata sangat keras dan tidak mudah. Tidak banyak pilihan bagi seorang lulusan SMA di Jakarta, pekerjaan tidak mudah diperoleh.

Sewaktu tinggal di tanah abang ayahnya sakit keras. Orang tuanya ingin berobat, tetapi tidak mempunyai biaya yang cukup. Melihat Keadaan seperti itu, ia tidak manu menyerah Dengan bermodal hanya Rp. 2.000,- hasil pinjaman dari temannya, Houtman menjadi pedagang asongan menjajakan perhiasan imitasi dari jalan raya hingga ke kolong jembatan mengarungi kerasnya kehidupan ibukota. Usaha daganganya kemudian laku keras, namun ketika ia sudah menuai hasil dari usahanya, ternyata Tuhan memberinya cobaan, ketika petugas penertiban datang, daganganya di injak hingga jatuh ke lumpur. Ketika semua dagangan rusak bercampur lumpur, ternyata teman - temannya yang dari kawula rendah seperti tukang sepatu, tukang sayur, dan lain- lain, beramai - ramai membersihkan dagangan Houtman. Disini Houtman mulai mendapatkan pengalaman berharga tentang kerasnya kehidupan Ibukota.

Tetapi kondisi seperti ini tidak membuat Houtman kehilangan cita - cita dan impian.

Suatu ketika Houtman beristirahat di sebuah kolong jembatan, dia memperhatikan kendaraan - kendaraan mewah yang berseliweran di jalan jakarta. Para Penumpang mobil tersebut berpakaian rapih, keren dan berdasi. Houtman remaja pun ingin seperti mereka, mengendarai kendaraan ber-AC, berpakaian necis dan tentu saja memiliki uang yang banyak.

Saat itu juga Houtman menggantungkan cita-citanya setinggi langit, sebuah cita-cita dan tekad diazamkan dalam hatinya. Azam atau tekad yang kuat dari Houtman telah membuatnya ingin segera merubah nasib. Tanpa menunggu waktu lama Houtman segera memulai mengirimkan lamaran kerja ke setiap gedung bertingkat yang dia ketahui. Bila ada gedung yang menurutnya bagus maka pasti dengan segera dikirimkannya sebuah lamaran kerja. Houtman menyisihkan setiap keuntungan yang diperolehnya dari berdagang asongan digunakan untuk membiayai lamaran kerja.

Suatu hari, Houtman melihat ada orang gila wara-wiri di sekitar rumahnya. Orang Gila itu hampir tidak pakai baju. dia pada saat itu cuma punya baju 3 pasang. Hebatnya, houtman ikhlas memberikan ke orang gila itu sepasang baju plus sabun dan sisir. Tuhan memang Maha Adil, pada hari ketiga setelah kejadian tersebut, Tiba-tiba datang surat yang menyatakan bila dia diterima menjadi OB disebuah perusahaan yang sangat terkenal dan terkemuka di Dunia. The First National City Bank ( Citibank ), sebuah bank bonafid dari USA. Houtman pun diterima bekerja sebagai seorang Office Boy. sebuah jabatan paling dasar, paling bawah dalam sebuah hirarki organisasi dengan tugas utama membersihkan ruangan kantor, wc, ruangan kerja dan ruangan lainnya.

Sebagai Office Boy, Houtman selalu mengerjakan tugas dan pekerjaannya dengan baik. Terkadang dia rela membantu para staf dengan sukarela. Selepas sore saat seluruh pekerjaan telah usai, Houtman berusaha menambah pengetahuan dengan bertanya tanya kepada para pegawaai. Dia bertanya mengenai istilah istilah bank yang rumit, walaupun terkadang saat bertanya dia menjadi bahan tertawaan atau sang staf mengernyitkan dahinya. mungkin dalam benak pegawai "ngapain nih OB nanya-nanya istilah bank segala, kayak ngerti aja". Sampai Akhirnya houtman sedikit demi sedikit familiar dengan istilah bank.

Waktu jadi OB, houtman sering melihat training. karena jabatannya OB, dia tentu tidak dianggap. Kemampuan bahasa Inggris Houtman pun cuma yes-no. Tapi Houtman berprinsip, "Saya harus berbuat. Saya harus pintar." Setiap hari selama training itu, dia ada di depan pintu dan mencatat semuanya. Training Officer-nya lama-lama jadi menyuruh Houtman masuk (tapi secara kasar). Si training officer mengumumkan pada para trainer, "Pengumuman, dia tidak terdaftar dan dia tidak akan diuji," Kata training officer. Mendengarnya, Houtman tidak terima. Dia sudah berada diruangan yang sama berarti dia sudah menjadi salah satu peserta training dan juga harus dijuji.

Houtman lalu menantang diri sendiri, "Saya harus lulus!". Padahal saingannya adalah lulusan UI, Michigan, Ohio, ITB dan banyak universitas TOP lainya. Sementara dia, bisa lulus SMA saja sudah untung. "Pokoknya harus lulus dan gak boleh jadi yang terakhir," Tekad Houtman. Tuhan memang Maha Besar, dari 34 orang Houtman masuk 4 besar dan dia pada tahun 1978 dikirim ke Eropa.

Houtman cepat menguasai berbagai pekerjaan yang diberikan dan selalu mengerjakan seluruh tugasnya dengan baik. Dia pun ringan tangan untuk membantu orang lain, para staff dan atasannya. Sehingga para staff pun tidak segan untuk membagi ilmu kepadanya. Sampai suatu saat pejabat di Citibank mengangkatnya menjadi pegawai bank karena prestasi dan kompetensi yang dimilikinya, padahal houtman hanyalah lulusan SMA. kemudia ia pun di angkat menjadi pegawai di bank Citibank tersebut, peristiwa pengangkatan Houtman menjadi pegawai bank menjadi berita luar biasa heboh dan kontroversial. Bagimana bisa seorang OB menjadi staff, bahkan rekan sesama OB mencibir Houtman sebagai orang yang tidak konsisten.

Houtman dianggap tidak konsisten dengan tugasnya. "Jika masuk OB, ya pensiun harus OB juga " begitu rekan sesama OB menggugat.

Houtman tidak patah semangat, dicibir teman-teman bahkan rekan sesama staff pun tidak membuat goyah. Houtman terus mengasah keterampilan dan berbagi membantu rekan kerjanya yang lain. Hanya membantulah yang bisa diberikan oleh Houtman, karena materi tidak ia miliki. Houtman tidak pernah lama dalam memegang suatu jabatan, sama seperti ketika menjadi OB yang haus akan ilmu baru. Houtman selalu mencoba tantangan dan pekerjaan baru. sehingga karir Houtman melesat bak anak panah mininggalkan rekan sesama OB bahkan staff yang mengajarinya tentang istilah bank.

Sekitar 19 tahun kemudian sejak Houtman masuk sebagai Office Boy di The First National City Bank, Houtman kemudian mencapai jabatan tertingginya yaitu Vice President. Sebuah jabatan puncak Citibank di Indonesia. Jabatan tertinggi Citibank sendiri berada di USA yaitu Presiden Director yang tidak mungkin dijabat oleh orang Indonesia. Sampai dengan saat ini belum ada yang mampu memecahkan rekor houtman masuk sebagai OB pensiun sebagai Vice President, dan hanya berpendidikan SMA. Houtman pun kini pensiun dengan jabatan pernah diembannya, menjadi staff ahli citibank asia pasifik, menjadi penasehat keuangan salah satu gubernur, menjabat CEO diberbagai perusahaan dan menjadi isnpirator bagi banyak orang.

Namun pada tanggal 20 Desember 2012 lalu Bapak Houtman Zainal Arifin berpulang ke Rahmatullah. Pelajaran yang dapat dipetik adalah kita tidak akan pernah kekurangan apa bila kita mau memberi, jika kita mau bersilaturahim dan banyak berteman dengan siapa saja kita akan mendapatkan rezeki yang lebih banyak, dan jika kita ikhlas memberi, Tuhan pasti akan memberikan kita sesuatu yang lebih.

Semoga menginspirasi!

No comments:

Post a Comment